Karya Widji Thukul. Puisi ini bercerita tentang pembangunan jalan di banyak tempat. Juga mengisahkan tentang pekerjaan sebagai tukang becak. Dari buku: Aku Ingin Jadi Peluru. Waktu penulisan: 22 November 1990. —. aspal leleh tengah hari. silau aku oleh sinar matahari. gedung-gedung baru berdiri.Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berjuang di tengah kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Banyak masyarakat yang mulai beralih dari tradisi lama mengikuti perkembangan zaman dan arus globalisasi. Masyarakat lebih memilih cara instan dibandingkan cara tradisional, karna dinilai lebih cepat dan efektif. Perkembangan teknologi dapat membawa ke arah positif maupun negatif tinggal bagaimana kita harus tengah pesatnya perkembangan teknologi masih ada beberapa sosok masyarakat yang tidak terpengaruh dan tetap mempertahankan prinsipnya, salah satunya adalah bapak Parman ketika kami temui di simpang depan Universitas IBA, Palembang, Sumatera Selatan20/3/19.Bapak Parman adalah seorang perantau berumur 68 tahun asal pulau Jawa. Beliau memulai perjalanan menuju ke kota Palembang meninggalkan istrinya di Jawa pada tahun 1972. Awal datang ke kota Palembang, pak Parman bekerja sebagai pedagang pempek, belum lama dia bekerja pada tahun 1973 pak parman harus kembali ke pulau jawa karna istrinya akan melahirkan. Setelah istrinya melahirkan beliau kembali lagi ke kota Palembang untuk melanjutkan usahanya berdagang pempek, beliau berdagang pempek selama 12 tahun. Pada tahun 1984 beliau beralih profesi dari pedagang pempek menjadi tukang becak, profesi itulah yang hingga kini masih dijalani oleh pak parman. "Saya saja cuma tamatan SD mau cari kerja susah dan jadi tukang becak adalah pilihan terakhir" jawab pak Parman , ketika kami tanya mengapa bapak memilih menjadi tukang becak?. Ketika kami tanya Apakah dengan menjadi tukang becak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari bapak? "Bisa, yang penting itu kalau bekerjaitu ditaati, diyakini, jangan lupa dengan Allah dan selalu disyukuri berapapun hasilnya" jawab beliau. Pak Parman adalah orang yang sederhana dia hidup mandiri makan sendiri, tidur sendiri, dan bekerja sendiri. Beliau tinggal di daerah Mandinor dirumah kontrakan yang harga sewanya Bahkan pernah dalam satu hari dia tidak mendapat penumpang tapi itu tidak masalah majunya teknologi sekarang banyak muncul ojek online, bagaimana pendapat bapak merasa tersaingi atau tidak? "Sedikit, rejekikan sudah ada yang ngatur yang penting kita itu harus tetap yakin dan percaya" juga bertanya apakah bapak mengalami suka duka sepanjang menjalani profesi sebagai tukang becak? "Saya sangat suka menjalani profesi ini karna bagi saya menyenangkan sedangkan kalau duka, saya berduka ketika orangtua saya meninggal pada tahun bapak memiliki rencana untuk berhenti bekerja? "Iya, puasa tahun ini saya akan pulang ke jawa dan tidak kembali lagi kesini, ketika kami tanya alasannya ternyata karna disuruh anaknya untuk beristirahat dirumah dan membantu berjualan di toko istrinya. Anaknya adalah seorang guru. Beliau bercerita kepada kami alasannya merantau selama ini karna dia tidak mau merepotkan anak dan istrinya selagi beliau masih sehat beliau akan terus bekerja. Karna melihat semangat pak Parman membuat kami penasaran apakah dia mempunyai resep kesehatan? "Saya itu sudah tua jadi harus menjaga pola makan mengurangi makan kacang-kacangan, bayam, dan mengurangi makan minyak-minyakan yang mengandung kolestrol dan asam kami ingin bertanya lebih banyak lagi tapi karna beliau mendapat telepon dari pelanggannya yang meminta untuk dijemput jadi, beliau harus pergi. Tapi sebelum pergi beliau sempat berpesan kepada kami "Jangan melanggar aturan pemerintah dan aturan agama, semua agama itu sama, harus tetap yakin dan yang terpenting jangan lupa dengan Allah". Setelah itu kami mengucapkan terimakasih kepada pak Parman karna mau memberikan waktunya untuk sedikit berbagi dengan kami. Kami juga memberi semangat dan berpesan kepada pak Parman agar dia berhati-hati dalam perjalanan, lalu beliau pergi. Lihat Sosbud Selengkapnya
Puisipuisi tukang becak Puisi untukmu saudaraku Salah satu penggalan bait dari ketiga puisi tersebut. "kalut dan pedih Asap mengabur di udara tanah kelahirannya Isak tangis bayi mungil luput dari pandangan mata tua Tanah-tanah memerah di antara belukar api menyala". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Menakjubkan, Mengharukan, dan Tulus Sastra angkatan reformasi, bentuk puisi Karya Widji Thukul Ini adalah puisi tentang seorang tukang becak yang berusaha bertahan hidup di tengah ketidakberdayaannya dan badannya yang sudah sangat capek. Dia kembali berduka melihat moda transportasi lain seperti bis kota makin digemari masyarakat, dan transportasi becak mulai ditinggalkan Dari buku Aku Ingin Jadi Peluru Waktu penulisan Bulan Juni 1987 — bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi sekarang bapak mendengkur dan ketika bayangan esok pagi datang di dalam kepalaku bis tingkat itu tiba-tiba berubah jadi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya Originally posted 2013-01-20 080902. Republished by Blog Post PromoterPuisipertama Wiji Thukul tentang becak adalah "Nyanyian Abang Becak" yang dituliskan pada tahun 1984. Puisi ini menggambarkan dampak beruntun dari kenaikan BBM. Dampak itu tidak hanya soal harga-harga yang semakin membubung tinggi tetapi juga memicu pertengkaran keluarga. "jika harga minyak mundhak, simbok semakin ajeg berkelahi dengan bapak,Puisi berantai Orang Gila,Tukang Becak dan Penjual Oncom A. Pada suatu hari, aku di tarik paksa oleh beberapa orang yang sama sekali tak aku kenali sebelumnya. Aku takut, dan akupun langsung di dorong ke dalam… B. becak. Aku tukang becak yang unyu-unyu cetar membahana. Setiap hari, ku goes, goes dan terus ku goes untuk mengantarkan penumpangku ke rumahnya yang… C. kotor, bau, jiji, jorok laler berterbangan dimana-mana. Membuatku semakin hari tak betah menjadi penjual oncom terenak di pasar ini. Tapi, aku senang sih karena aku punya… A. banyak teman aku setiap harinya tak kesepian di rumah baruku ini karena teman-temanku yang ceria, selalu tertawa sepertiku. Tapi, aku kesal sama orang-orang yang jahat itu. Karena setiap kita tak mau menuruti keinginan mereka, mereka mengeluarkan benda yang ku tau itu obeng dan mereka memasukkannya ke dalam… C. Oncomku rasanya enak sekali ku buat oncomku dengan cinta, ku galey dengan lembut dan terakhir ku taburi dengan kucuran keringat. Sehingga rasanya asin gurih dan lezatt. kalau menurut pelangganku, oncomku 11, 12 lah dengan rasa pizzahut walau seharian aku kucel, bau, dekil in the kummel. Tapi aku senang sekali oncom-oncomku kini laris manis seperti aku. Dan aku pun senang karena di temani… B. Kawan-kawan becakku memang sudah tua-tua tapi mempunyai jiwa muda yang menggelora sehingga kami pun selalu… A. Tertawa, menjerit, bergoyang bersuka ria kami tak pernah galau karena kami selalu menghibur satu sama lain. Dan kami… C. Selalu meradang…Aku kini selalu meradang jiwaku kini resah gelisah, gundah gulana meratapi nasibku yang semakin hari semakin… B. Laku becakku semakin ramai di tumpangi dengan uang hasil menarik becakku, akupun dapat pergi ke… A. Rumah sakit jiwa hahaha, itu rumah yang paling istimewa buatku penghuninyapun yang imut, lucu, dan menggemaskan seperti… C. Oncomku betapa malangnya nasibmu setiap hari, kau menemaniku di tempat yang suram kelam ini tapi sayangnya kau tak juga laku dan akhirnya menjadi… B. Becak idaman para penumpang setiap harinya becakku di banjiri oleh penumpang-penumpang berduit karena tampangku yang mirip… A. Orang gila? Kau memanggilku orang gila? Gak salah? Hahaha kamu tuh yang gila, karena muka kamu bulukan dipenuhi oleh… B. Uban putih-putih menghiasi kepalaku tapi aku bangga, walau ini menandakan aku sudah lanjut usia tapi kata penumpangku wajahku tampan mirip cakra khan dan yang… C. Keriput, menyusut di penuhi semut-semut yang imut-imut. Sehingga orang takut membelinya oh oncomku… akankah kau… A. Berhenti menyuntikkan cairan itu padaku. Aku capek, tapi tak kau hiraukan. Aku sakit, sakiitt sekali lebih sakit melebihi orang yang putus cinta bila kau terus… B. Memberikan cinta pada setiap penumpang itu sudah kewajibanku tapi, jika yang ku beri cinta itu berkhianat apakah harus masih ku berikan cinta? Lebih baik aku beri saja… C. Oncom-oncomku yang sudah entah kemana mungkin sekarang sudah menyatu dengan bau pasar yang tak sedap, bercampur dengan cairan hitam got-got atau mungkin sudah menjadi lalaban tikus comberan yang besar-besar aku bangkrut, uangku kini sudah habis, modalku tak kembali hingga akhirnya aku harus meninggalkan… A. Rumah sakit jiwaku aku tak mau lagi di rumah itu rumah itu aneh, aku sebel, aku mau kabur aja, dan aku pun memutuskan untuk kabur lewat… C. Selokan yang mengalir menyebarkan aroma khasnya, itu menjadi kenanganku semasa hidupku di pasar menjadi… B. Tukang becak itu profesiku dulu, tapi naas becakku kini di curi manusia serakah yang tak berperikemanusiaan sehingga ia tega untuk… A. Menceburkan diriku ke dalam lumpur coklat, agar aku dapat kabur dari rumah gila itu eoh sungguh menjijikan. Lumpur ini bersatu padu dengan kotoran kerbau yang menjijikan. Tapi, aromanya sangat sedap, sehingga akupun mencoba… C. Mencari lowongan kerja baru. Aku tak mau lagi tinggal seharian di pasar yang lusuh dan kelam itu, aku tak mau di kerumuni oleh laler-laler lagi, aku tak mau aku tak mau… B. Menjadi tukang becak lagi… dan kini saatnya aku berkata selamat tinggal becakku yang unyu-unyu… A. Selamat tinggal rumah sakit jiwaku yang lucu… C. Selamat tinggal pasar ku yang kotor dan bau… aku akan mencari pekerjaan yang lain dan berkata… A,B,C, S E M A N G A T!!!Pekerjaansaat ini adalah sebagai tukang Becak. Bapak Raid tinggal di daearah bekasi tepatnya di mawar raya, Bapak Raid mempunyai seorang istri bernama ibu tuminah (45 thn) dan dua orang anak perempuan yang bernama puput (22 thn), icha (13 thn), istri beserta anak bapak Raid tinggal di kampung halamananya di pemalang, jawa tengah.
Perkara becak kembali menyeruak tatkala Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melontarkan gagasan untuk mengijinkan kembali beroperasinya becak di kota metropolitan Jakarta. Dengan sisa bara kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang belum sepenuhnya padam, tentu saja gagasan ini menuai kontroversi, memunculkan pro-kontra dengan segala variasinya, baik dalam polemik di media massa maupun keriuhan wargamaya di platform media sosial. Becak, sebagai moda transportasi manusia memang sangat terkait dengan perkembangan kota. Di ibukota Jakarta, setidaknya dalam dua dekade terakhir, becak telah dianggap sebagai bagian dari sejarah transportasi masa lalu seiring dengan penerbitan aturan yang melarang becak beroperasi di Jakarta. Pada awal pemberlakuan larangan tersebut, sering terjadi razia becak dan hasil dari razia tersebut ditenggelamkan di Laut Jawa kawasan Kepulauan Seribu dan dimanfaatkan sebagai rumpon, tempat bersarang ikan laut. Razia-razia terhadap becak di Jakarta menjadi pengingat represinya Satpol PP di DKI Jakarta sebagai aparat penjaga keamanan dan ketertiban Jakarta. Iklan Rekaman ingatan tentang kisah becak juga menjadi inspirasi dalam karya seni dan sastra di Indonesia, diekspresikan dalam lagu, film, esai, novel dan puisi. Tentu kita pernah mendengar lagu anak berjudul Naik Becak karya Ibu Sud. Lagu tersebut dengan riang menggambarkan keceriaan tamasya keliling kota dengan transportasi becak. Sebaliknya, film Pengemis dan Tukang Becak besutan sutradara Wim Umboh dan dilanjutkan Lukman Hakim Nain menggambarkan realitas kemiskinan yang terjadi pada masa Orde Baru. Film yang tayang pada tahun 1978 berkisah tentang kejamnya ibukota yang tak ramah pada orang miskin yang direpresentasikan salah satunya oleh tukang becak. Kematian tragis Sukardal, tukang becak yang gantung diri gara-gara becaknya dirampas dalam razia aparat kota Bandung pada tanggal 2 Juli 1986 direkam secara getir dalam esai Catatan Pinggir Goenawan Mohammad berjudul “The Death of Sukardal”. Novelis cum Rohaniwan YB Mangunwijaya juga pernah merekam kisah tukang becak dalam novel “Balada Becak atau Sebuah Riwayat Melodi Yus-Riri” yang terbit pertama kali pada tahun 1985. Novelis yang akrab dipanggil Romo Mangun ini dengan paragraf-paragraf panjang di novel ini menggambarkan realitas kompetisi antara becak dan kolt angkutan umum bersaing di jalan-jalan aspal Yogya. Novel ini juga menggambarkan kisah-kisah seputar tukang becak dan bakul sebayanya, juga tentang kehidupan kampus UGM dan mahasiswanya. Cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Setan Becak” yang menjadi salah satu Cerpen Terbaik TEMPO 2016 mungkin adalah karya sastra mutakhir berthema becak. Cerpen ini mengambil latar belakang tahun kegelapan 1966 dimana pembunuhan politik terjadi dan banyak beredar mitos tentang setan berprofesi sebagai pengemudi becak. Di ladang puisi, ada belasan sajak tentang becak dan pengemudinya dituliskan oleh Wiji Thukul pada dekade delapanpuluhan hingga awal sembilanpuluhan. Berbeda dengan penulis lagu Ibu Sud, sutradara Wim Umboh dan Lukman Hakim Nain, esais Goenawan Mohammad dan novelis Romo Mangun yang merekam becak dalam karya-karya mereka dari sudut pandang yang berjarak, maka Wiji Thukul menulis puisi tentang becak dari jarak yang sangat dekat, sebagai anak tukang becak. Dalam antologi puisi Wiji Thukul yang terlengkap “Nyanyian Akar Rumput” setidaknya ada 15 puisi yang menyebut becak di dalam syair-syairnya. Bahkan ada satu puisi berjudul “Nyanyian Abang Becak” yang biasanya dibacakan secara teatrikal oleh Wiji Thukul. Ini memperlihatkan betapa penyair yang hingga saat ini belum diketahui rimbanya sejak tahun 1998, memiliki ikatan emosional yang kuat mengenai becak dan pengemudinya. Puisi pertama Wiji Thukul tentang becak adalah “Nyanyian Abang Becak” yang dituliskan pada tahun 1984. Puisi ini menggambarkan dampak beruntun dari kenaikan BBM. Dampak itu tidak hanya soal harga-harga yang semakin membubung tinggi tetapi juga memicu pertengkaran keluarga. “jika harga minyak mundhak, simbok semakin ajeg berkelahi dengan bapak, Harga minyak mundhak, Lombok-lombok akan mundhak, sandang pangan akan mundhak”. Puisi ini juga ungkapan kemarahan atas kenaikan BBM yang dikatakan sebagai kebijaksanaan. “siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak, Seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok” ….. “jika BBM kembali menginjak namun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaan, maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan nasib” Narasi yang sama juga ada dalam bait puisi “Apa Yang Berharga Dari Puisiku” “Apa yang berharga dari puisiku, Kalau bapak bertengkar dengan ibu, Ibu menyalahkan bapak, Padahal becak-becak terdesak oleh bus kota, Kalau bus kota lebih murah, siapa yang salah” Puisi yang berjudul “Sajak Bapak Tua” mendiskripsikan beban berat yang harus ditanggung bapak sebagai pengemudi becak “bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi” Dalam puisi romantis “Jangan Lupa Kekasihku”, ajakan Wiji Thukul kepada perempuan yang dicintainya untuk berterus terang mengenai lingkungan sekeliling, tetangga, teman dan orangtua. Dia pun tak lupa mengungkapkan bahwa orangtuanya adalah pengemudi becak. “jangan lupa, kekasihku Jika kau ditanya siapa mertuamu Jawablah yang menarik becak itu Itu bapakmu, kekasihku” Sebagian besar puisi-puisi Wiji Thukul berkisah tentang kegundahan dan kemarahannya atas pembangunan kota yang serakah dan tak ramah pada tukang becak, seperti dalam bait puisi berjudul “Jalan” “jalan kiri-kanan dilebarkan becak-becak melompong di pinggiran yang jalan kaki, yang digenjot yang jalan bensin, semua ingin jalan” Jauh sebelum diskusi mengenai tata kota dan transportasi yang berkeadilan mengemuka, puisi-puisi Wiji Thukul memaparkan kompetisi tak seimbang antara becak dengan tenaga manusia dan kendaraan bermotor bis kota. Dalam puisi “Sajak Setumbu Nasi Sepanci Sayur” dikisahkan “bus kota merdeka berlaga di jalan raya becak-becak berpeluh melawan jalan raya” Ini juga digambarkan sebagai mimpi buruk yang dibayangkan Wiji Thukul dalam puisi “Sajak Bapak Tua” “di dalam kepalaku bus tingkat itu tiba-tiba berubah jasi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya” Seperti di kota-kota lainnya, ruang gerak becak di kota Solo saat itu juga dibatasi atas nama keindahan kota. Dalam puisi “Kepada Ibuku”, Wiji Thukul bercerita kepada ibunya tentang pembangunan dan ketidakadilan “ibu, aku tidak punya data komplet tentang ketidakadilan, hanya mataku terpukau di ingar jalan raya aspalan, kendaraan bikinan jepang, itali, amerika laju, tetapi abang-abang becak disingkirkan oleh kebijaksanaan pembangunan” Dalam puisi “Pemandangan”, Wiji Thukul menemukan aturan baru daerah larangan untuk becak “di pojok ronggowarsito, ada aturan baru becak dilarang terus bus kota turah-turah penumpang!” Puisi “Jalan Slamet Riyadi Solo” juga menuliskan ancaman peminggiran becak “hanya kereta api itu masih hitam legam dan terus mengerang memberi peringatan pak-pak becak yang nekat potong jalan, “hei, hati-hati cepat menepi, ada polisi, banmu digembos lagi nanti!”” Kembali ke wacana yang dilontarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membolehkan kembali operasi becak di Jakarta yang memicu dugaan bahwa ini adalah kampanye populisme yang penuh agenda politik tampaknya memang bukan hal yang baru. Isu tentang becak bisa menjadi isu politik dan bisa mengemuka menjelang Pemilu. Dalam Pemilihan Gubernur DKI DI tahun 1999 yang masih dipilih oleh DPRD, Rasdullah yang dikenal sebagai pengemudi becak berani mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur meski akhirnya tak masuk nominasi. Di dua kali Pilkada DKI Jakarta yang dipilih secara langsung tahun 2012 dan 2017, masalah becak juga menjadi salah satu kampanye bahkan masuk dalam kontrak politik. Jauh sebelumnya, Wiji Thukul juga merekam mobilisasi tukang becak untuk kepentingan Pemilu. Dalam puisi “Aku Lebih Suka Dagelan” yang berkisah tentang suasana Pemilu 1987 dituliskan “ada juga yang bertengkar padahal rumah mereka bersebelahan penyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambar ada juga kontestan yang nyogok tukang-tukang becak akibatnya dalam kampanye, banyak yang mencak-mencak”. Tragisnya suara mereka hanya dibutuhkan dalam Pemilu dan tukang becak hanya menunggu janji-janji sampai mereka mati. Kisah tragis ini tergambar dalam puisi “Kuburan Purwoloyo” “disini gali-gali tukang becak orang-orang kampung yang berjasa dalam setiap pemilu terbaring dan keadilan masih saja hanya janji disini kubaca kembali sejarah kita belum berubah!” Ikuti tulisan menarik Wahyu Susilo lainnya di sini.
Bukuini berisi 136 puisi yang dibagi atas lima buku atau lima kumpulan puisi. Buku 1: Lingkungan Kita Si Mulut Besar berisi 46 puisi.. Buku 2: Ketika Rakyat Pergi berisi 17 puisi. Buku 3: Darman dan Lain-lain berisi 16 puisi. Buku 4: Puisi Pelo berisi 29 puisi. Dan Buku 5: Baju Loak Sobek Pundaknya berisi 28 puisi.
Apakah Anda mencari gambar tentang Puisi Tentang Tukang Becak? Terdapat 46 Koleksi Gambar berkaitan dengan Puisi Tentang Tukang Becak, File yang di unggah terdiri dari berbagai macam ukuran dan cocok digunakan untuk Desktop PC, Tablet, Ipad, Iphone, Android dan Lainnya. Silahkan lihat koleksi gambar lainnya dibawah ini untuk menemukan gambar yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lisensi GambarGambar bebas untuk digunakan digunakan secara komersil dan diperlukan atribusi dan retribusi.
Pamekasan(ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan Bendera Merah Putih dan paket sembako kepada tukang becak di Kabupaten Pamekasan pada Sabtu. "Ini benderanya Pak. Setibanya di rumah langsung dipasang ya," kata Gubernur saat memberikan bendera kepada tukang becak di halaman Kantor Bakorwil IV Pamekasan.Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="puisi becak, puisi lucu, puisi nyeleneh, puisi wong cilik, puisi edan, puisi sableng, puisi gendeng, puisi kentir, puisi gelo, puisi setress, puisi hereuy"][/caption]Puisi Tukang Becak Angin semilir menerpa wajahku Mengantarkan penumpang yang terkantuk-kantuk ke arah yang dituju Merayap perlahan menghabiskan sejumlah waktu Naik becak memang santai meski kadang memang terlalu Disini ketiduran sudah jadi hal yang tak lagi tabu Aku seorang tukang becak Mengandalkan kaki yang sekuat badak Mampu membawa dirimu ke tempat yang kamu mau tanpa ada kata istirahat sejenak Selama masih rasional dan kamu bayar serta ga pake nunggak Soal biaya itu tergantung nego dan juga jarak Ada juga yang waktu itu sewa sampai ke luar kota, tentu saja yang itu bikin kakiku sampai bengkakWaktu mendengar becak dilarang beroperasi di Jakarta Mataku langsung berkaca-kaca Hatiku sedih tak bisa diungkapkan dengan kata-kata Meski begitu aku tetap berangkat kerja Tentu saja narik becak ga bisa lagi bebas seperti biasa Ini aku kerja pake model gerilya Alias kucing-kucingan dengan para penjagaAku ga mengerti mengapa becak dilarang, padahal ini moda angkutan yang bebas polusi udara Ga juga menyebabkan kebisingan karena ini ga pake motor sebagai tenaga Nah dari situlah katanya aturan ini tercipta Jalannya yang lambat bikin tambah macet jalanan ibukota Apalagi tukang becak-tukang becak yang udah uzur dan sudah tua Eh belum tau kamu kecepatan kita kalau lagi dikejar petugas saat raziaBiasa nongkrong di sekolahan Pas jam anak pulang sekolah yang penuh hiruk pikuk dan keramaian Kadang juga nongkrong di pasar yang seringkali becek meski ga hujan Nunggu ibu-ibu yang belanja kebutuhan harian Yang kalo namanya ibu-ibu udah belanja, barang-barangnya memang banyak ga karuan Kalau udah gitu biasanya aku minta biaya tambahan Di suatu hari kalau kamu liat becakku nongkrong di atas jembatan Dan akunya ga ada di atas becak, jangan dicari dan coba-coba kamu ketemukan Soalnya aku lagi ada di bawah, lagi konsentrasi dapat panggilan to be continued... 1 2 Lihat Fiksiana SelengkapnyaYangperih-perih menyayat hati itu dengan mudah bisa kita dapatkan, karena sebagian besar puisi-puisi Jokpin merupakan potret/rekaman nasib orang miskin yang berlumur penderitaan, seperti tukang becak umpamanya (dalam buku ini ada 3 puisi tentang tukang becak, profesi yang masih banyak ditemukan di Yogyakarta di mana penyair kita ini bertinggal).Bagi sebagian orang, puisi merupakan sebuah karya sastra yang biasanya digunakan untuk menyampaikan perasaan yang tidak bisa diungkapkan melalui lisan. Saat berbicara mengenai puisi, negeri ini memang telah melahirkan banyak sekali sastrawan yang berhasil menyumbangkan ide-idenya melalui berbagai platform, misalnya seperti membuat buku antologi puisi. Di luar nama-nama besar seperti Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Pramoedya Ananta Toer, saat ini juga sudah banyak sekali bermunculan penulis-penulis muda yang karya puisinya juga tidak kalah menarik dan bahkan berhasil menggugah hati para pembaca. Bagi kamu yang suka dengan kumpulan kata-kata puitis yang menyejukkan hati, berikut adalah beberapa buku antologi puisi yang menarik untuk kamu baca. Rekomendasi Buku Antologi Puisi 1. Kita Adalah Sekumpulan Patah Hati yang Memilih Matahari – Astri Apriyani Setiap manusia sebenarnya dilahirkan sebagai seorang murid yang selalu siap untuk mendapatkan pelajaran baru setiap harinya. Atas alasan inilah Astri Apriyani memutuskan untuk membuat sebuah buku antologi puisi yang ternyata didasarkan pada berbagai pengalamannya saat pergi menjelajahi dunia. Astri juga meyakini bahwa setiap perjalanan yang ia lalui juga merupakan bagian dari proses pembelajaran, sehingga ia ingin mengabadikan setiap kenangannya ke dalam beberapa tulisannya. Tidak hanya itu, Astri juga melengkapi isi buku ini dengan berbagai macam foto yang ia ambil sendiri, karena baginya, setiap tempat yang ia kunjungi punya artinya tersendiri. 2. Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali – Adimas Immanuel Dari judulnya, mungkin kamu akan menebak bahwa isi dalam buku ini tidak jauh-jauh dari berbagai judul puisi yang melankolis dan klise. Tapi sayangnya tidak, penulis buku ini berhasil menulis berbagai macam puisi yang menggelitik, tapi tetap tidak keluar dari tema romantisme yang tetap apik untuk dinikmati. Selain romantisme, buku puisi yang satu ini juga membahas mengenai kehidupan dan keluarga, yang akan membuatmu menyadari bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk kembali pulang. 3. Keterampilan Membaca Laut – Ama Achmad Untuk membuat puisi yang indah, kamu sebenarnya tidak harus selalu menggunakan majas atau peribahasa yang keren, cukup dengan permainan kata saja kamu sudah bisa menghasilkan karya yang indah dan membekas di hati pembaca, sama seperti buku ini. Saat membacanya, ada perasaan nelangsa yang melingkupi hati, ditambah dengan gaya penulisan yang ciamik sehingga mampu membuat pembaca merasakan setiap kata-kata yang digambarkan oleh penulis. Walaupun laut digambarkan sebagai headline utama, buku ini sebenarnya tidak sepenuhnya membicarakan soal laut, tapi juga membahas tentang kesepian, kesunyian, kekecewaan, rindu, dan cinta yang dibalut dengan harapan untuk bisa hidup bersama orang tercinta. 4. Sepotong Hati di Angkringan – Joko Pinurbo Buku-buku kumpulan puisi Jokpin memang selalu ditujukan untuk lintas usia, jadi semua kalangan bisa menikmati karya-karyanya yang sederhana tapi tetap indah dan memikat hati. Buku ini merupakan karya terbaru dari Jokpin yang ia tulis selama masa pandemi, dengan total 45 puisi yang dibagi ke dalam dua bagian besar, “Sepotong Hati di Angkringan” dan “Ibadah Mandi”. Joko Pinurbo memang selalu lihai dalam menyajikan tulisan-tulisannya, seperti tidak pernah kehabisan ide, ia selalu berhasil menghubungkan setiap kisah yang berbeda ke dalam satu tema yang sama. Dalam buku ini, ia menulis puisi tentang tukang becak yang terlelap dalam mimpi, tentang nasi kucing mbah Singo, tentang oseng mercon Mbah Wagino, tentang pandemi, dan masih banyak lagi, yang semuanya masih tetap dihubungkan dengan angkringan, seperti judul bukunya. 5. Museum Kehilangan – Wawan Kurniawan Tidak semua buku puisi akan membahas soal perjalanan atau kehidupan si penulis, lewat buku ini, kita akan dibawa kembali ke masa lalu kelam yang pernah terjadi di negeri ini. Penulis sengaja mengambil topik Munir, seorang aktivis kemanusiaan yang dibunuh tanpa pernah tahu siapa dalang dibalik kasus ini, jadi buku ini akan kembali mengingatkan kita dengan ketidakadilan dan ketidakjelasan kasus Munir setelah lebih dari 17 tahun lamanya. Wawan Kurniawan sangat lihai dalam memperlihatkan keresahan, duka, dan kemarahan lewat puisi-puisinya. Ia juga sangat berani untuk menampilkan setiap isu politik yang berkaitan langsung dengan pembunuhan Munir, bahkan nama istri dan anak-anak Munir juga ikut disertakan dalam dua judul puisinya. Lewat buku ini, penulis ingin menyadarkan pembaca bahwa tidak semua kritikan harus disampaikan dengan orasi, tapi bisa juga dengan kata-kata yang satir, menarik, namun tetap artistik. Selain kelima buku-buku ini, sebenarnya masih banyak sekali buku antologi puisi karya penulis Indonesia yang pastinya menarik untuk kamu baca. Kelima rekomendasi buku-buku ini bisa kamu beli di atau kamu juga bisa membaca versi e-booknya melalui Gramedia Digital. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Dapatkan Diskonnya!
BapakTukang Becak dan Puisi Lainnya. 0 . by admin-kopisenjaid. May 1, 2022May 1, 2022. Penulis: Laila. Pencari Kerang. Kerang-kerang yang bapak tangkap. Tentang apa yang dirasakan. Dari tatap-tatapan. Berujung dijemari tangan . Baru merasakan percintaan. Antara angan dan harapan. Waktu pengin berduaan.
Hiduplah keluarga kurang mampu dari Bapak Gito yang mempunyai anak tunggal. Terlihat di ruang tamu Pak Gito sedang berbincang-bincang dengan anaknya. Karyo “Pak…bapak.” Bapak “Ada apa, Le?” Karyo “Bapak punya uang gak, pak?” Bapak “Lah mau buat apa to, Le?” Karyo “Saya mau daftar tentara, pak.” Datanglah ibu sambil membawa minuman untuk Bapak. Ibu “Ada apa to Le, kok serius banget.” Bapak “Ini bu, anake mau daftar tentara.” Ibu “Beneran, Yo? Sudah mantep?” Karyo “Iya bu, kalau ada uangnya.” Bapak “Kalau soal uang, bapak sama ibu usahan, Le.” Malam harinya Pak Gito dan istrinya melanjutkan perbincangan untuk membahas tentang anaknya. Ibu “Pak, gimana anake kita mau cari uang dimana?” Bapak “Gimana ya bu, kita gak punya tabungan.” Ibu “Kalau kita pinjam uang di Bank gimana, pak?” Bapak “Lah minjam di Bank jaminannya apa, bu?” Ibu “Kalau rumah atau sawah gimana, pak? Itu harta yang kita punya.” Bapak “Tapi kalau kita gak bisa bayar gimana, bu?” Ibu “Iya ya pak, kalau gak bisa bayar kita tinggal dimana?” Bapak “Apa kita jual sawah aja, bu?” Ibu “Yasudah pak gak papa, dari pada rumahnya disita.” Bapak “Yasudah besuk coba bapak tawarkan.” Beberapa hari kemudian Pak Gito memberikan uang kepada Karyo untuk mendaftarkan tentara. Bapak “Le, ini uangnya buat dafat tentara.” Karyo “Terima kasih pak, doakan diterima ya pak.” Bapak “Iya Le, wes sana hati-hati.” Setelah diberi uang, Karyo langsung bersiap-siap untuk mendaftar dan menemui salah satu petugas. Karyo “Permisi pak, kalau mau daftar dimana ya? Petugas “Itu masuk aja, dek.” Karyo “Iya pak, terima kasih.” Kemudian Karyo mengikuti tes masuk tentara. Beberapa jam kemudian Petugas memanggil Karyo. Petugas “Karyo…” Karyo Maju kedepan mengambil amplop, kembali ke tepat duduk dan membuka isi amplop “Ya Allah.” Petugas “Sudah dek tidak apa-apa. Masih ada kesempatan lain.” Karyo “Iya Pak” Bergegas meninggalkan ruangan. Dalam perjalanan pulang, Karyo bingung untuk memberitahukan kepada orang tuanya. Karyo pun leangsung bergegas pulang ke rumah. Bapak yang sedang duduk bersantai di ruang tamu, langsung menanyainya. Bapak “Gimana, Le? Diterima to?” Karyo Demgan muka sedih “Mboten pak.” Bapak Kaget “Gimana to, Yo?” Karyo “Lah gimana pak? Karyo sjuga sudah usaha.” Bapak “Sudah tak bela-belakan jual sawah, malah gak diterima.” Karyo “Maafin Karyo pak. Kar…” Bapak “Sudah pokoknya kamu harus ngembalike duite.” Tiba-tiba Ibu datang. Ibu “Sabar…pak…sabar! Istighfar pak.” Bapak “Bapak gak mau tahu. Pokoknya kamu harus ngembalikan uangnya.” Karyo “Iya pak. Karyo janji” pergi ke kamar. Keesokan harinya, Karyo sudah memantapakan dirinya untuk pergi meninggalkan rumah. Dia pun langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya. Karyo “Pak..bu…, Karyo mau bicara.” Ibu “Piye, Le?” Karyo “Karyo mau pamit bu, pergi merntau.” Ibu “Lah mau kemana to, Le?” Karyo “Mau cari kerja bu, buat gantiin uang bapak.” Ibu “Tapi ibu gak bisa kasih pesangon, Le.” Bapak “Sudahlah bu biarkan aja, yang penting kita bisa beli sawah lagi.” Ibu “Pak…jangan kayak gitu to.” Karyo “Tidak apa-apa bu.” Ibu “Beneran, Le? Ya sudah hati-hati. Semoga kamu selamat sampai tujuan.” EPISODE 2 Sampai di perantauan, Karyo bingung karenahanya memiliki uang Rp. 3000,00. Kemudian dia bertemu dengan tukang becak dan bertanya. Karyo “Pak saya mau Tanya, harga sewa becak seharinya berapa ya?” Tukang becak “Rp. 500,00 dek.” Karyo “Kalau saya mau nyewa, dimana ya pak?” Tukang becak “Oh…nanti sekalian saya antar dek.” Akhirnya Karyo dapat menyewa becak dengan harga sewa seharinya. Hari-hari Karyo menjalani pekerjaannya menjadi tukang becak. Malam hari ketika Karyo sedang beristirahat di atas becaknya, dia bergumam. Karyo “Kalau begini caranya, mau sampai kapan aku bisa ngembalikan uang bapak? Untuk sehari-hari saja gak cukup.” Keesokan harinya Karyo mengantar perjalanan Karyo melihat ada sebuah pabrik batako dan disana ada lowongan pekerjaan. Setelah mengantar penumpang. Karyo langsung menuju pabrik batak tersebut dan bertanya. Karyo “Permisi pak.” Tukang “Ya ada apa mas?” Karyo “Saya mau melamar kerja pak.” Tukang “Oh…y asana masuk saja, menemui Pak Bambang.” Karyo menuju ruangan Pak Bambang. Karyo Mengetuk pintu. Pak Bambang “Ya masuk.” Karyo “Permisi pak. Saya mau melamar kerja disini.” Pak Bambang “Oh…ya mas. Besuk langsung kerja ya.” Karyo “Terima kasih pak.” Keesokan harinya Karyo bekerja sebagai tukang batako. Karyo menjalani pekerjaannya dengan semangat. Tiga hari kemudian Karyo merasakan susah payah menjalani pekerjaan itu. Lalu ia memutuskan kembali menjadi tukang becak lagi. Hari berikutnya dia kembali menarik becak. Dia bertemu dengan seorang penumpang yang menawari pekerjaan. Karyo “Mau kemana mbak?” Penumpang “Ke Rumah Sakit Ibnu Sina mas.” Karyo “Oh kerja disitu ya mbak?” sambil mengayuh becaknya. Penumpang “Iya mas. Lah masnya sudah lama kerja jadi tukang becak?” Karyo “Ya…gini lah mbak. Saya sudah lama tapi ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.” Penumpang “Kebutulan mas, di rumah sakit tempat kerja saya ada lowongan jadi tukang kebun.” Karyo “Kebutulan mbak, sekalian nanti saya mau daftar.” Penumpang “Oh iya mas, nanti saya antar.” Sampai di rumah sakit Karyo diantar penumpang tadi menuju tempat HRD. Dia berbicara dengan pimpinannya. Karyo “Permisi bu.” Pimpinan “Ya, ada yang bisa saya bantu?” Karyo “Saya mau melamar jadi tukang kebun disini bu.” Pimpinan “Wah saying sekali mas. Kebetlan barusan sudah ada yang melamar.” Karyo “Ya sudah bu, terima kasih.” Pimpinan “Iya mas.” Keluar dari ruangan Karyo bertemu dengan pegawai Rumah Sakit tadi. Pegawai “Gimana mas, sudah diterima?” Karyo “Wah sudah ada yang melamar mbak.” Pegawai “Saya ada informasi pekerjaan lagi mas, tapi bukan di daerah sini.” Karyo “Dimana mbak?” Pegawai “Di Jakarta jadi office boy.” Karyo “Kalau gitu saya minta alamatnya saja mbak.” Pegawai “Oh iya mas. Ini alamatnya” sambil memberi selembar kertas.
Иզетвω етևнυቷጩ ጣዷуцቄդослխ
Аτяςኮбру ወኡπθբεтрաπ одявիк
Хрէቄеψէйጡሖ бр ኛаψозеρ феγօмунևπа
Пиቿоζенθту твоզоቀοми лሠбጼбр
Տևζыχሕւևже еኒቅчатαժεሤ
GubernurJawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan bendera Merah Putih dan paket sembako kepada tukang becak di Kabupaten Pamekasan pada Puisi Wiji Thukul –Kumpulan puisi Wiji Thukul merupakan Puisi-puisi yang menggambarkan kritik sosial. Puisi tentang buruh, cinta, tanah air. Wiji Thukul menjadi orang yang lantang bersuara sekalipun banyak usaha untuk membungkamnya. Saja-sajak penuh kejujuran yang MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA .Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa18 Juni 1997aku bukan artis pembuat beritatapi aku memang selalu kabar buruk buatpenguasapuisiku bukan puisitapi kata-kata gelapyang berkeringat dan berdesakanmencari jalania tak mati-matimeski bola mataku digantiia tak mati-matimeski bercerai dengan rumahditusuk-tusuk sepiia tak mati-matitelah kubayar yang dia mintaumur-tenaga-lukakata-kata itu selalu menagihpadaku ia selalu berkatakau masih hidupaku memang masih utuhdan kata-kata belum binasa AKU LEBIH SUKA DAGELAN Aku Lebih Suka Dagelan1987di radio aku mendengar beritakatanya partisipasi politik rakyat kita sangat menggembirakantapi kudengar dari mulut seorang kawankudia diinterogasi dipanggil gurunyakarena ikut kampanye PDIdan di kampungku ibu RTtak mau menegor sapa warganyahanya karena ia Golkarada juga yang saling bertengkarpadahal rumah mereka bersebelahanpenyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambarada juga kontestan yang nyogoktukang-tukang becakakibatnya dalam kampanye banyakyang mencak-mencakdi radio aku mendengar berita-beritatapi aku jadi muak karena isinyakebohongan yang tak mengatakan kenyataanuntunglah warta berita segera bubaracara yang kutunggu-tunggu datang dagelan! APA GUNAApa GunaApa gunanya punya ilmu tinggiKalau hanya untuk mengibuliApa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam meluluDi mana-mana moncong senjataberdiri gagahkongkalikongDengan kaum cukongDi desa-desa rakyat dipaksaMenjual tanahTapi, tapi, tapi, tapiDengan harga murahApa gunanya punya ilmu tinggiKalau hanya untuk mengibuliApa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam melulu BAJU LOAK SOBEK PUNDAKNYA Baju Loak Sobek Pundaknya22 Januari 1996siang tadi aku beli bajuharganya murahharganya murah bojokudi pedagang loakdi pedagang loak bojokupundaknya sedikit sobeksedikit sobek bojokubisa dijahit tapinanti akan kubeli benangakan kubeli jarumuntuk menjahit bajumu bojokuuntukmu bojokubaju untuk untukmutadi siang kucuci baju itukucuci bojokutapi aku bimbangaku bimbang bojokukutitip ke kawanatau kubawa sendirinanti kalau aku pulangkalau aku pulang bojokukarena sekarang aku burondiburu penguasakarena aku beroganisasikarena aku berorganisasi bojokubaju itu kulipat bojokudi bawah bantaltak ada setrika bojokutak ada setrikaagar tak lusuhagar tak lusuhkarena baju ini untukmu bojoku BALADA PELURU Balada Pelurudi mana moncong senapan itu?aku pengin meledak sekaligus jadi pelurumencari jidatmu mengarah mampusmuakan kulihat nyawamu yang terbangdan kukejar-kejar dengan nyawaku sendiriagar tahu rumahmuaku rela bunuh diritentu saja setelah tahu ke mana pulangmutetapi peluru yang mencari jidatmu ituhanya ketemu matamu yang menyihirsim salabimkembali kau pada wujudmu asli!dan memang tidak akan pernah ada yang kanmembawakansenapanuntukkuapalagijidatmimpi indah kali inimimpi indah kali inimengapa kekal? BUNGA DAN TEMBOK Bunga dan TembokSeumpama bungaKami adalah bunga yang takKau hendaki tumbuhEngkau lebih suka membangunRumah dan merampas tanahSeumpama bungaKami adalah bunga yang takKau kehendaki adanyaEngkau lebih suka membangunJalan raya dan pagar besi Seumpama bungaKami adalah bunga yangDirontokkan di bumi kami sendiri BURUNG DARA PAGI TERBANG Burung Dara Pagi Terbangburung dara pagi terbangpulang sarang rembang petangtidur mendengkur tiada beban di matapada ketakpastian musimburung dara pagi terbangtiada cemas di matapada matahari yang tergelincirtidur malam tanpa mimpi burukpunyaku hanya gemabernama luka dan kenanganpagi berangkat kerjasore tertegun, bintang di kamarkumengganti angka-angka kalender BUSUK Busuk17 November 1996derita sudah matang, bungbahkan busuktetap ditelan? CATATAN SURAM Catatan Suram1987kucing hitam jalan pelanmeloncat turun dari ataptiga orang muncul dalam gelapsembunyi menggenggam besikucing hitam jalan pelan-pelandiikuti bayang-bayangketika sampai di mulut gangtiga orang menggerammelepaskan pukulanbulan disaput awan meremangsaksikan perayaan kemiskinandaging kucing pindahke perut orang! CERITAKANLAH INI KEPADA SIAPAPUN Ceritakanlah Ini Kepada SiapapunSolo, 30 Agustus 1991panas campur debuterbawa angin ke mana-manakoran hari ini memberitakankedungombo menyusut kekeringankorban pembangunan dammuncul kembali ke permukaantanah-tanah bengkahpohon-pohon besar malang-melintangmakam-makam bangkit dari ingatanmereka yang dulu diamkali inicerita itu siapa akan membantahdasar waduk ini dulu dusun rumah-rumahwaktu juga yang menyingkapretorika penguasawalau senjata ditodongkan kepadamuwalau sepatu di atas kepalamudi atas kepalakudi atas kepala kitaceritakanlah ini kepada siapa punsebab cerita ini belum tamat DALAM KAMAR 6 X 7 METER Dalam Kamar 6 X 7 Metermimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataantinggal tubuh kurus kering dan cericit tikusketika kuterbaring tidur di tikar dan bantalyang banyak bangsatnyatak seluruh mimpi-mimpi itu sirnatersisa juga yang sederhanaalangkah bahagia aku andai sudah bisa beliminyak tanah dan menyalakan lampu teploklalu membaca buku sampai malam larut dan menulisdan masak supermi ketika laparalangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibumembeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaranrokok buat bapak dan lain-lainlapar memang memalukan!tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudarakuyang karena lapar menjadi copet, lonte, dan gelandangantiba-tiba aku merasa lebih kaya tinimbang merekarumah punya, nyewa tak apamakan bisa utang kiri-kananminum tersedia air sumur umumjustru hari inilahketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meterdi sini iniaku bersyukur masih sempat menulis puisi DERITA SUDAH NAIK SELEHER Derita Sudah Naik Seleher17 November 96kaulempar aku dalam gelaphingga hidupku menjadi gelapkausiksa aku sangat kerashingga aku makin mengeraskaupaksa aku terus menunduktapi keputusan tambah tegakdarah sudah kauteteskandari bibirkuluka sudah kaubilurkanke sekujur tubuhkucahaya sudah kaurampasdari biji matakuderita sudah naik seleherkaumenindassampaidi luar batas DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU Di Bawah Selimut Kedamaian Palsujangan terus tindas rakyat yang membisujika demikian..kau seperti membangun bendungan yang bakal jebolarus menggasakhingga tamatlah kekuasaanmujangan jadikan rumahmu gudang penuh-barang mewah dan timbunan bahan makananjangan sanak familimu kaya karena bintang bintang pangkatjika demikian..kau telah melahirkan musuh bagi anak cucumujanganlah rampas tanah rakyatjangan abaikan kepentingannyasebab tanah adalah bumi tempat ibadah kepada tuhannyatempat memuliakan dirinya dengan kerjajika itu kau lakukan..berarti telah kau tabur sendiriiman kekacauan di negeri inijangan redam pikiran rakyat dengan paksajangan coba membuat ketentraman dengan penuh dengan ancamanjika demikian..berarti kau telah menggugahraksasa yang tidur di bawahselimut kedamaian palsumaka pada saat itulahsejarah kembali akan membacakankisah kisah tirani Yang Harus Diturunkan! HARI INI AKU AKAN BERSIUL-SIUL Hari Ini Aku akan Bersiul-siul10 November 1996pada hari coblosan nantiaku akan masuk ke dapurakan kujumlah gelas dan sendokkuapakah jumlahnya bertambahsetelah pemilu bubar?pemilu oo.. pilu pilubila hari coblosan tiba nantiaku tak akan pergi kemana-manaaku ingin di rumah sajamengisi jambanganatau mananak nasipemilu oo.. pilu pilunanti akan kuceritakan kepadamuapakah jadi penuh karung berasminyak tanahgulaatau bumbu masaksetelah suaramu dihitungdan pesta demokrasi dinyatakan selesainanti akan kuceritakan kepadamupemilu oo.. pilu pilubila tiba harinyahari coblosanaku tak akan ikut berbondong-bondongke tempat pemungutan suaraaku tidak akan datangaku tidak akan menyerahkan suarakuaku tidak akan ikutan masukke dalam kotak suara itupemilu oo.. pilu piluaku akan bersiul-siulmemproklamasikan kemerdekaankuaku akan mandidan bernyanyi sekeras-kerasnyapemilu oo.. pilu piluhari itu aku akan mengibarkan hakkutinggi tinggiakan kurayakan dengan nasi hangatsambel bawang dan ikan asinpemilu oo.. pilu pilusambel bawang dan ikan asin ISTIRAHATLAH KATA-KATA Istirahatlah Kata-Kataistirahatlah kata-katajangan menyembur-nyemburorang-orang bisukembalilah ke dalam rahimsegala tangis dan kebusukandalam sunyi yang meringistempat orang-orang mengikarimenahan ucapannya sendiritidurlah, kata-katakita bangkit nantimenghimpun tuntutan-tuntutanyang miskin papa dan dihancurkannanti kita akan mengucapkanbersama tindakanbikin perhitungantak bisa lagi ditahan-tahan JAM JamAngke, 9 maret 1983tak usah terkejut punputar jarum jam akan merajutmukisah lama yang selalu bisumenabur belantara pertanyaan baru JALAN Jalan22 November 1990aspal leleh tengah harisilau aku oleh sinar mataharigedung-gedung baru berdiriarsitektur lama satu-satu hilangdimakan pembangunanjalan kiri kanan dilebarkanbecak-becak melompong di pinggiranyang jalan kakiyang digenjotyang jalan bensinsemua ingin jalan JALAN SLAMET RIYADI SOLO Jalan Slamet Riyadi SoloSolo, Mei-Juni 1991dulu kanan dan kiri jalan inipohon-pohon asam besar melulusaban lebaran dengan teman sekampungjalan berombonganke taman sriwedari nonton gajahbanyak yang berubah kiniada holland bakeryada diskotik ada taksigajahnya juga sudah dipindahloteng-loteng arsitektur cinakepangkas jadi gedung tegak lurushanya kereta api itumasih hitam legamdan terus mengerangmemberi peringatan pak-pak becakyang nekat potong jalan“hei hati haticepat menepi ada polisibanmu digembos lagi nanti!” KUCING, IKAN ASIN DAN AKU Kucing, Ikan Asin dan Aku14 Oktober 1996seekor kucing kurusmenggondol ikan asinlaukku untuk siang iniaku meloncatkuraih pisaubiar kubacok diabiar mampus!ia tak laritapi mendongakmenatapkutajammendadaklunglai tanganku-aku melihat diriku sendirilalu kami berbagikuberi ia kepalanyabatal nyawa melayangaku hidupia hidupkami sama-sama makan LAGU PERSETUBUHAN Lagu Persetubuhankalau angka aku pun angka tak genaptapi satu mana lengkap tanpa yang pecahmaka aku pun rela jadi sepersekian dari keutuhanmusebab tak lengkap engkau tanpa akusebab tak sempurna engkau tanpa manusiakalau angka aku pun angka tak genapmaka kulengkapi matamu dengan cahayakausempurnakan cahaya dalam apikau merah, aku panas, kau panas, aku merahterbakar membakar sepanjang adanya manusiakalau angka aku pun angka tak genapmelengkapimudemikian, kita bersetubuh dalam udarabukahkah begitu, tuhan?MANDIMandisebelum datangdi ladang jagung di rumput airnyakatak-katak masih serempaktelanjang bulat mandi di sumberkatak-katak berhenti sama sekalisaya mengganggu sunyi?saya merindukan yang ramaiditikam kanan-kiriinti suara sang sunyiJika kami bungaEngkau adalah tembok ituTapi di tubuh tembok ituTelah kami sebar biji-bijiSuatu saat kami akan tumbuh bersamaDengan keyakinan engkau harus hancur!Dalam keyakinan kamiDi manapun – tirani harus tumbang! NYANYIAN ABANG BECAK Nyanyian Abang BecakSolo, 1984jika harga minyak mundhaksimbok makin ajeg berkelahi sama bapakharga minyak mundhak, lombok-lombok akan mundhaksandang pangan akan mundhakmaka terpaksa tukang-tukang lebon,lintah darat, bank plecit, tukang kredit harus dilayanisiapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesakseribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simboksiapa bisa mencukupisedangkan kebutuhan hidup semakin mendesakmaka simbok pun mencak-mencak“pak, pak, anak kita kebacut metu papat lho!”“bayaran sekolahnya anak-anak nunggak lho!”“si penceng muntah-ngising, perutku malah sudah isi lagidan suk selasa pon ana sumbangan maneh si sebloh dadi manten!”jika bbm kembali menginjaknamun masih juga belum disebut langkah-langkah kebijaksanaanmaka aku tidak akan lagi memohon pembangunannasibkepadamu, duh pangeran, duh gustisebab nasib adalah permainan kekuasaanlampu butuh menyala, menyala butuh minyakperut butuh kenyang, kenyang butuh diisinamun bapak cuma abang becak!maka apabila becak pusaka keluarga pulang tanpa membawa uangsimbok akan kembali mengajak berkelahi bapak. MONUMEN BAMBU RUNCING Monumen Bambu RuncingSemarang, 1 Maret 1986monumen bambu runcingdi tengah kotamenuding dan berteriak merdekadi kakinya tak jemu jugapedagang kaki lima berderet-deretwalau berulang-ulangdihalau petugas ketertiban NYANYIAN AKAR RUMPUT Nyanyian Akar RumputJuli 1988jalan raya dilebarkankami terusirmendirikan kampungdigusurkami pindah-pindahmenempel di tembok-tembokdicabutterbuangkami rumputbutuh tanahdengar!Ayo gabung ke kamiBiar jadi mimpi buruk presiden! MENDONGKEL ORANG-ORANG PINTAR Mendongkel Orang-Orang Pintar8 September 1993kudongkel keluarorang-orang pintardari dalam kepalakuaku tak tergetar lagioleh mulut-mulut orang pintaryang bersemangat ketika berbicaradunia bergerak bukan karena omonganpara pembicara dalam ruang seminaryang ucapannya dimuatdi halaman surat kabarmungkin pembaca terkagum-kagumtapi dunia tak bergeraksetelah surat kabar itu dilipat MERONTOKKAN PIDATO Merontokkan Pidato11 September 1996bermingu-minggu ratusan jamaku dipaksaakrab dengan sudut-sudut kamarlobang-lobang udaralalat semut dan kecoatapi catatlahmereka gagal memaksakuaku tak akan mengakui kesalahankukarena berpikir merdeka bukanlah kesalahanbukan dosa bukan aib bukan cacatyang harus disembunyikankubaca korankucari apa yang tidak tertuliskutonton televisikulihat apa yang tidak diperlihatkankukibas-kibaskan pidatomu itudalam kepalaku hingga rontokmaka terang benderanglahucapan penguasa selalu dibenarkanlaras senapan!tapi dengarlahaku tak akan minta ampunpada kemerdekaan iniNONTON HARGANonton Harga18 November 1996ayo keluar keliling kotatak perlu ongkos tak perlu biayamasuk toko perbelanjaan tingkat limatak beli tak apalihat-lihat sajakalau pingin durianapel-pisang-rambutan-anggurayo..kita bisa mencium baunyamengumbar hidung cuma-cumatak perlu ongkos tak perlu biayadi kota kitabuah macam apaasal mana sajaadakalau pingin lihat orang cantikdi kota kita banyak gedung bioskopkita bisa nonton posternyaatau ke diskotikdi depan pintukau boleh mengumbar telinga cuma-cumamendengarkan detak musikdenting botollengking dan tawabisa juga kau nikmatiaroma minyak wangi luar negericuma-cumaaromanya sajaayo..kita keliling kotahari ini ada peresmian hotel baruberbintang limadibuka pejabat tinggidihadiri artis-artis ternama ibukotalihatmobil para tamu berderet-deretsatu kilometer panjangnyakota kita memang makin megah dan kayatapi hari sudah malamayo kita pulangke rumah kontrakansebelum kehabisan kendaraanayo kita pulangke rumah kontrakantidur berderet-deretseperti ikan tangkapansiap dijual di pelelanganbesok pagikita ke pabrikkembali bekerjasarapan nasi bungkusngutangseperti biasa P E N Y A I R P e n y a i r19 Januari 1988jika tak ada mesin ketikaku akan menulis dengan tanganjika tak ada tinta hitamaku akan menulis dengan arangjika tak ada kertasaku akan menulis pada dindingjika aku menulis dilarangaku akan menulis dengantetes darah!sarang jagat teater PERINGATAN Peringatanjika rakyat pergiketika penguasa pidatokita harus hati-hatibarangkali mereka putus asakalau rakyat bersembunyidan berbisik-bisikketika membicarakan masalahnya sendiripenguasa harus waspada dan belajar mendengarbila rakyat berani mengeluhitu artinya sudah gasatdan bila omongan penguasatidak boleh dibantahkebenaran pasti terancamapabila usul ditolak tanpa ditimbangsuara dibungkam kritik dilarang tanpa alasandituduh subversif dan mengganggu keamananmaka hanya ada satu kata lawan! PUISI MENOLAK PATUH Puisi Menolak Patuh17 Januari 1997walau penguasa menyatakan keadaan daruratdan memberlakukan jam malamkegembiraanku tak akan berubahseperti kupu-kupusayapnya tetap indahmeski air kali keruhpertarungan para jendraltak ada sangkut pautnyadengan kebahagiaankuseperti cuaca yang kacauhujan angin kencang serta terik panastidak akan mempersempit atau memperluas langitlapar tetap lapartentara di jalan-jalan rayapidato kenegaraan atau siaran pemerintahtentang kenaikkan pendapatan rakyattidak akan mengubah lapardan terbitnya kata-kata dalam dirikutak bisa dicegahbagaimana kau akan membungkamku?penjara sekalipuntak bakal mampumendidikku jadi patuh PUISI SI BUTA Puisi Si Butasemenjak pagi bangunmataku terbuka sibuk menyiapkan mimpisemenjak matahari bangkit sampai hari inihidupku tidur dan menguap dan bangkit terkejutdi dalam cermin kulihat tangankumasih meraih selimut dansukmaku tak berkakiberjalan tak pernah tibadi wilayah bebas waktu sukmaku terbanting!dalam hening kugapai pedang tapi tak ada!untuk memorak lensa mataku yang dua biji iniyang selalu terbuka dan manipuberi-berilah aku ketajaman untuk membutakan matakuyang dua ini betapa pun bagaimana ingin terjagasebelum pagi berganti pagi lagi. PUISI SIKAP Puisi Sikap24 Januari 1997maunya mulutmu bicara terustapi telingamu tak mau mendengarmaumu aku ini jadi pendengar terusbisukamu memang punya tanktapi salah besar kamukalau karena ituaku lantas manutandai benarada kehidupan lagi nantisetelah kehidupan inimaka akan kuceritakan kepada semua mahklukbahwa sepanjang umurku dulutelah kuletakkan rasa takut itu di tumitkudan kuhabiskan hidupkuuntuk menentangmuhei penguasa zalim PUISI UNTUK ADIK Puisi untuk AdikSolo 25 Mei 1987apakah nasib kita akan terus sepertisepeda rongsokan karatan itu?o… tidak, dik!kita akan terus melawanwaktu yang bijak bestarikan sudah mengajari kitabagaimana menghadapi deritakitalah yang akan memberi senyumkepada masa depanjangan menyerahkan diri kepada ketakutankita akan terus bergulatapakah nasib kita akan terus sepertisepeda rongsokan karatan itu?o… tidak, dik!kita harus membaca lagiagar bisa menuliskan isi kepaladan memahami dunia PULANGLAH NANG Pulanglah NangSolo, September 1986pulanglah nangjangan dolanan sama si kuncungsi kuncung memang nakalnanti bajumu kotor lagidisirami air selokanpulanglah nangnanti kamu manangis lagijangan dolanan sama anaknya pak kertosi bejo memang mbelingkukunya hitam panjang-panjangkalau makan tidak cuci tangannanti kamu ketularan cacinganpulanglah nangkamu kan punya mobil-mobilankapal terbang bikinan taiwansenapan atom bikinan jepangkamu kan punya robot yang bisa jalan sendiripulanglah nangnanti kamu digebugi mamimu lagikamu pasti belum tidur siangpulanglah nangjangan dolanan sama anaknya mbok sukiyemmbok sukiyem memang keterlaluansi slamet sudah besar tapi belum disekolahkanpulanglah nangpasti papimu marah lagikamu pasti belum bikin PRbelajar yang rajinbiar nanti jadi dokter SAJAK BAGONG Sajak Bagongbagong namanyatantanglah berkelahikepalamu pasti dikepruk batubawalah whiskybahumu pasti ditepuk-tepuk gembiraajaklah omongtapi jangan khotbahia akan kentutbagong namanyamalam begadangsubuh tidur bangun siangsore parkir untuk makanawas jangan ngebut di depan matanyaengkau bisa dipukulilalu ditinggal pergiya, ya.. bagong namanyapemilu kemarin besar jasanyabagong ya bangongtapi bagong sudah matipada suatu pagimayatnya ditemukan orangdi tepi rel kereta apisetahun yang laluya, ya.. setahun yang lalu SAJAK BAPAK TUA Sajak Bapak TuaSolo, Juni 1987bapak tuakulitnya coklat dibakar matahari kotajidatnya berlipat-lipat seperti sobekan lukapipinya gosong disapu angin panastenaganya dikurasdi jalan raya siang tadisekarang bapak mendengkurdan ketika bayangan esok pagi datangdi dalam kepalakubis tingkat itu tiba-tiba berubahjadi ikan kakap raksasabecak-becak jadi ikan teriyang tak berdaya SAJAK IBU Sajak IbuSolo, 1986ibu pernah mengusirku minggat dari rumahtetapi menangis ketika aku susahibu tak bisa memejamkan matabila adikku tak bisa tidur karena laparibu akan marah besarbila kami merebut jatah makanyang bukan hak kamiibuku memberi pelajaran keadilandengan kasih sayangketabahan ibukumengubah rasa sayur murahjadi sedapibu menangis ketika aku mendapat susahibu menangis ketika aku bahagiaibu menangis ketika adikku mencuri sepedaibu menangis ketika adikku keluar penjaraibu adalah hati yang rela menerimaselalu disakiti oleh anak-anaknyapenuh maaf dan ampunkasih sayang ibuadalah kilau sinar kegaiban tuhanmembangkitkan haru insandengan kebajikanibu mengenalkan aku kepada tuhan SAJAK KEPADA BUNG DADI Sajak Kepada Bung DadiSolo-Sorogenen, malam pemilu 1987ini tanahmu jugarumah-rumah yang berdesakanmanusia dan nestapakampung halaman gadis-gadis mudaburuh-buruh berangkat pagi pulang soredengan gaji tak pantaskampung orang-orang kecilyang dibikin bingungoleh surat-surat izin dan kebijaksanaandibikin tunduk menganggukbungkukini tanah airmudi sini kita bukan turis SAJAK SUARA Sajak Suarasesungguhnya suara itu tak bisa diredammulut bisa dibungkamnamun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbangdan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwakusuara-suara itu tak bisa dipenjarakandi sana bersemayam kemerdekaanapabila engkau memaksa diamaku siapkan untukmu pemberontakkan!sesungguhnya suara itu bukan perampokyang merayakan hartamuia ingin bicaramengapa kaukokang senjatadan gemetar ketika suara-suara itumenuntut keadilan?sesungguhnya suara itu akan menjadi kataia yang mengajari aku untuk bertanyadan pada akhirnya tidak bisa tidakengkau harus menjawabnyaapabila engkau tetap bertahanaku akan memburumu seperti kutukan SUARA DARI RUMAH-RUMAH MIRING Suara dari Rumah-Rumah MiringSolo, Oktober 1987 di sini kamu bisa menikmati cicit tikusdi dalam rumah miring inikami mencium selokan dan sampanbagi kami setiap hari adalah kebisingandi sini kami berdesak-desakan dan berkeringatbersama tumpukan gombal-gombaldan piring-piringdi sini kami bersetubuh dan melahirkananak-anak kamidi dalam rumah miring inikami melihat matahari menyelinapdari atap ke atapmeloncati selokanseperti pencuriradio dari segenap penjurutak henti-hentinya membujuk kamimerampas waktu kami dengan tawaran-tawaransandiwara obat-obatandan berita-berita yang meragukankami bermimpi punya rumah untuk anak-anaktapi bersama hari-hari pengap yang menggelindingkami harus angkat kakikarena kami adalah gelandangan SAJAK TIKAR PLASTIK-TIKAR PANDAN Sajak Tikar Plastik-Tikar PandanApril 1988tikar plastik tikar pandankita duduk berhadapantikar plastik tikar pandanlambang dua kekuatantikar plastik bikinan pabriktikar pandan dianyam tangantikar plastik makin mendesaktikar pandan bertahankalian duduk di mana? SUTI Suti27 Februari 1988Suti tidak kerja lagipucat ia duduk dekat amben-nyaSuti di rumah sajatidak ke pabrik tidak ke mana-manaSuti tidak ke rumah sakitbatuknya memburudahaknya berdarahtak ada biayaSuti kusut-masaidi benaknya menggelegar suara mesinkuyu matanya membayangkanburuh-buruh yang berangkat pagipulang petanghidup pas-pasangaji kurangdicekik kebutuhanSuti meraba wajahnya sendiritubuhnya makin susut sajamakin kurus menonjol tulang pipinyaloyo tenaganyabertahun-tahun dihisap kerjaSuti batuk-batuk lagiia ingat kawannyaSri yang matikarena rusak paru-parunyaSuti meludahdan lagi-lagi darahSuti memejamkan matasuara mesin kembali menggemuruhbayangan kawannya bermunculanSuti menggelengkan kepalatahu mereka dibayar murahSuti meludahdan lagi-lagi darahSuti merenungi resep doktertak ada uangtak ada obat TANAH TanahSolo, 1989tanah mestinya di bagi-bagijika cuma segelintir orangyang menguasaibagaimana hari esok kamu tanitanah mestinya ditanamisebab hidup tidak hanya hari inijika sawah diratakanrimbun semak pohon dirubuhkanapa yang kita harapdari cerobong asap besihari ini aku mimpi buruk lagiseekor burung kecil menanti induknyadi dalam sarangnya yang gemeretakdimakan sapi TETANGGA SEBELAHKU Tetangga SebelahkuNovember 1991tetangga sebelahkupintar bikin suling bambudan memainkan banyak lagutetangga sebelahkukerap pinjam gitarnyanyi sama anak-anaknyakuping sebelahnya rusakdipopor senapantetangga sebelahkuhidup bagai dalam bentengmelongok-longok selalumembaca bahayatetangga sebelahkuditerror masa laluDalambuku ini, ia menulis puisi tentang tukang becak yang terlelap dalam mimpi, tentang nasi kucing mbah Singo, tentang oseng mercon Mbah Wagino, tentang pandemi, dan masih banyak lagi, yang semuanya masih tetap dihubungkan dengan angkringan, seperti judul bukunya. 5. Museum Kehilangan - Wawan Kurniawan
Thursday, May 14, 2015 Puisi abang tukang ojek. Pengertian ojek adalah transportasi umum tidak resmi berupa sepeda motor atau sepeda yang umumnya disewakan dengan cara memboncengkan penumpang. Dengan harga yang ditentukan dengan cara tawar menawar dengan sopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya. Berkaitan dengan ojek, dibawah ini, puisi berjudul abang tukan ojek, bagaimana puisinya, untuk lebih jelasnya, silahkan disimak saja puisinya berikut ini. Puisi Abang Tukang Ojek Oleh Penyair Kecil Abang tukang ojek berbaris Sandarkan kepastian mengantri menulis Mengeringkan badan tersumbat oleh keringat Sehari tak jalan, nasibmu begitu hitam pekat Roda-rodamu menginspirasi kami Terus berputar setiap tarikan yang kau bawa Untuk sebutir nasi yang kau selalu dinanti Tapi tak selalu sepadan dengan semua, congkak- congkak berdiri menentangnya Nasib-nasib banyak dibully Dari kecil sampai saat ini Kurus mengering disiram sajak-sajak surya Kau masih setia di pengkolan membawa segudang cinta, cerita untuk keluarga Dan tak ada gelisah resah di wajah yang basah Tetap riang mengambang di bawah siang Bukan sendiri kau berjuang Banyak sekali kawan-kawanmu yang berdiri menantang Akan ketimpangan keadilan negeri ini yang teramat bimbang Jakarta 14 Mei 2015 Demikianlah puisi abang tukang ojek. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
PuisiBaju Baru bertemakan tentang perbedaan keadaan antara rakyat dan presiden. Puisi Durrahman bertemakan tentang kematian Gus Dur yaitu mantan presiden keempat Indonesia. Tukang becak digambarkan sebagai bapak atau masyarakat Indonesia. Presidennya tertawa puas dan bahagia, tetapi rakyatnya hanya pura-pura tertawa puas dan bahagia.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="sumber menyengat,Memanggang legam kulit Yang berkerinyut penuh kerut Melukis gurat kerasnya peradaban Sepasang kaki tanpa sandal, menantang panasnya aspal... Ah .... tubuh berpeluh ini Bukanlah nestapa ... Terbayang di pelupuk mataTentang harap anak istri ,Demi seperiuk nasi Sepasang betis kekar ,Mengayuh ...sekuat tenagaBerlomba menghindar kejaran Pamong Praja Ah ....penguasa-penguasa...!!!Mengapa mengapa kau tega ?Mengapa kau tega bersekutu dengan nasib ? Nasib yang kian menghimpit , dan penguasa berhati sempit ...Sepasang betis berpacu kencang ,Mengayuh ,,,tanpa peduli peluh ....Menghindar , bersembunyi dilorong kehidupanMenghindari kejaran Pamong Praja Dan bertekuk dilutut sang nasib..Dalam bisik lirih " Maaf istriku,hari ini periuk kita tak ada nasi" Jakarta, 16 Febuari 2016By Annie Moengiel Lihat Puisi Selengkapnya
4 Melaksanakan apersepsi yang berkaitan dengan materi pelajaran Puisi (Doa Seorang Tukang Becak). (Mahasiswa menuliskan 3 langkah kegiatan awal. Setiap langkah benar diberi skor 2) 6 3c. Kegiatan Inti 1. Siswa membaca puisi yang terdapat dalam poster/salinan/fotocopi) Doa Seorang Tukang Becak dalam hati untuk memahami dan menguasai isi puisi. 2.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tukang becak, pekerjaan yang sering disepelekan orang. Tak sedikit orang sering merendahkan orang dengan profesi ini, ibarat kata hanya memandang sebelah mata. Namun tak banyak yang tahu bahwa untuk menjadi tukang becak itu bukanlah hal yang mudah, tak hanya bermodal otot saja, mereka juga harus modal pengetahuan pula serta kemampuan berinteraksi dengan adalah kota yang selalu terkenal melestarikan budaya dengan baik, salah satunya adalah mempertahankan becak sebagai alat transportasi tradisional. Penanganan transportasi becak di kota budaya Yogyakarta sudah dianggap lebih baik dari kota-kota lainnya. Karena banyaknya kunjungan turis, baik domestik maupun mancanegara, saat ini pun becak semakin hari semakin diminati sebagai transportasi terlaris bagi para turis yang memang sengaja ingin melihat keindahan corak budaya di kota pelajar ini. Para tukang becak akan siap sedia mengantarkan turis kemana pun mereka pergi. Layaknya seorang “ TOUR GUIDE” , mereka menjelaskan semua seluk beluk serta corak kebudayaan di kota Jogja ini. Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi menjadi faktor yang kian penting bagi mereka dalam menjalankan profesinya. Sehingga tuntutan untuk para tukang becak agar berwawasan luas menjadi suatu keharusan, meskipun latar belakang pendidikan mereka minim rendah.Wawasan rendah tak menyurutkan niat dari Rudi menjadi seorang tukang becak dengan kualitas selayak orang berdasi. Rudi, ucap perkenalan lelaki pengayuh becak ini ketika kami akan menjadi calon penumpangnya. Dari pembawaan diri serta cara berinteraksinya ketika merayu kami untuk menjadi penumpangnya, kami merasa ada sesuatu yang unik dari diri seorang Rudi. Hingga kami akhirnya memilih untuk menaikki becak bergambar kucing betina ini. Kami mencoba memulai pembicaraan ringan dengannya hingga akhirnya ia mulai bercerita tentang pengalaman hidupnya. Rudi merupakan tukang becak dengan riwayat kehidupan yang menarik. Berbagai pekerjaan pernah dijajakinya hingga pada akhirnya, kini ia menjatuhkan pilihan pada profesi ini. Rudi lahir pada tanggal 29 Mei 1960 di Yogyakarta, sehingga dari kecil dirinya memang telah mengenal secara lekat kota dengan ciri khas batik ini. Ia tinggal bersama istri dan keempat anaknya di daerah Bantul, Yogyakarta. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, istri Rudi juga berupaya untuk bekerja dengan berjualan sembako di pasar mulai kami rasakan ketika bapak dari empat orang anak ini membuka cerita hidupnya dimasa lalu. Rudi merupakan salah satu lulusan SMA di Jogja. Setelah lulus SMA dirinya pun mulai memilih untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan Teknik Sipil di Universitas Diponegoro, Semarang. Namun sayangnya, baru memasuki awal kehidupannya di bangku kuliah ini, dirinya memutuskan untuk berhenti karena faktor ekonomi keluarganya yang memang tidak memadai untuk tetap membiayai dirinya, sehingga jelaslah bahwa dirinya belum sama sekali merasakan bagaimana mengenyam menjadi seorang mahasiswa. Perasaan kecewa jelas nampak pada dirinya, namun Rudi tak pernah menyerah dan putus asa, karena memang kedua kata tersebut tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Semangat serta sifat ulet yang terlihat pada dirinya akhirnya membawanya untuk mencoba berbagai pekerjaan yang sama sekali belum pernah ia temui awal hidupnya membuat kami semakin ingin mengenal sosok lelaki berkulit sawo matang ini. Setengah perjalanan telah kami lalui, namun Rudi tanpa lelah mengayuh, justru semakin bersemangat menceritakan kisahnya pada kami. Berlanjut dari kisah sebelumnya, ia mulai kembali bercerita. Dengan perasaan kecewa yang amat dalam karena cobaan hidupnya, ia memulai merintis pengalamannya dengan mengikuti pembelajaran menjadi pengusaha muda yang berkontribusi pada pembuatan properti sarang burung wallet. Hari-harinya diisi dengan kegigihannya dalam memperdalam pengetahuannya tentang usaha properti ini. Enam tahun mulai berlalu, Rudi merasa bahwa dirinya mulai lelah dengan pekerjaan ini. Penghasilan dari pekerjaan ini sebenarnya cukup untuk kebutuhan dirinya, namun entah mengapa dirinya merasa bosan dan tidak betah sehingga dirinya memutuskan untuk mengakhiri karirnya dalam usaha properti ini. Dia tidak merasa menyesal keluar dari pekerjaan ini, karena menurut dirinya, sudah cukup banyak ilmu yang ia raih dalam bidang properti ini. Penghasilan bukan semata-mata orientasi yang ingin diraihnya, namun dirinya lebih menghargai bertambahnya ilmu dan wawasan pengetahuannya dari pembelajaran menjadi pengusaha muda properti cerita, setelah ia berhenti bekerja, ia kemudian tidak bermalas-malasan saja selayaknya seorang pengangguran. Namun dirinya kini mulai mencari kembali pekerjaan yang ingin digelutinya. Tukang bangunan, merupakan pilihan profesi selanjutnya yang ia pilih. Menjadi tukang bangunan juga tak menyurutkan semangatnya untuk mengasah keahliannya dan kemampuannya. Tukang bangunan pun mulai ditinggalkannya dan beralih menjadi seorang sales. Bentuk fisik dirinya, dengan tubuh tinggi dan senyum manisnya, membuat dirinya berani dengan lantang mengambil profesi ini, karena dengan begitu dirinya merasa setidaknya modal awal telah dimilikinya. Dia hanya tinggal melatih kemampuan bicaranya agar dapat merayu dan mempersuasi orang-orang agar tertarik untuk menjadi konsumennya. Dan akhirnya sama seperti hal sebelumnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut mulai dilupakannya. “Meski saya melupakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, namun satu hal, saya tidak akan pernah melupakan berbagai ilmu yang saya dapat dari berbagai pengalaman kerja saya karena itu adalah modal masa depan saya,” Terangnya pada kami yang masih setia mendengar pengetahuan dan wawasan dari pengalaman pekerjaannya tersebut, membuat dirinya merasa menjadi pribadi yang tak kalah hebat dengan orang berdasi dan berpangkat karena meski dia harus berhenti untuk tidak melanjutkan pendidikannya, itu tidak berarti pula dia harus berhenti untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuannya. Hingga akhirnya profesi menjadi tukang becak inilah yang kemudian mengambil area Malioboro sebagai tempatnya untuk mengais rejekinya. Jadwal dirinya mengayuh pedal becaknya dimulai dari pukul hingga tengah malam sekitar pukul Namun kadang kala, karena ingin memberikan pelayanan terbaik untuk para penumpangnya dirinya rela menambah jam kerjanya untuk sekedarnya membuat para penumpang maupun pelanggannya tersenyum manis ketika turun dari becaknya. Rudi memilih tidak mengikuti paguyuban tukang becak seperti halnya tukang becak lainnya. “Saya berhubungan baik dengan para tukang becak lainnya, baik yang termasuk dalam anggota paguyuban maupun tidak seperti saya, tidak ada diskriminasi dalam dan persaingan dalam pekerjaan kami ini, “ Ungkap Rudi. “Bahkan bila ada sesama tukang becak yang sama sekali belum mendapat hasil, kami akan mengalah untuk memberikannya penumpang, sehingga keegoisan dan rasa individual tidak akan pernah ada dalam lingkup kami, “ Tambah Rudi seraya lokasi serta lingkungan dalam menjalankan profesi ini sangat dekat dengan area pariwisata, maka tak jarang dirinya akan sangat sering berjumpa dengan para turis asing yang merupakan devisa bagi negara kita. Intensitas yang cukup sering bertemu dirinya dengan para turis asing memungkinkan para penumpang becaknya tak hanya merupakan warga lokal namun juga warga dalam lingkup Internasional. Menyadari hal tersebut menjadi faktor yang cukup signifikan bagi profesinya , Rudi berusaha kembali mengingat segala bekal pengetahuannya mengenai pelajaran bahasa Inggris ketika dia masih di bangku SMA dulu. Sedikit demi sedikit dia mulai mengingat dan melatih kemampuannya dalam memperdalam pelajaran berbahasa ini karena jelas akan sangat berpengaruh terhadap kemampuannya menarik dan belajar secara pasif dan otodidak menjadi kegiatan yang mengirinya ketika dia bekerja di daerah pariwisata tersebut. Ejaan serta artikulasi yang masih sering rancu karena perbedaan bahasa ini membuat para wisatawan terkadang memunculkan adanya salah persepsi. Karena hal itulah, lelaki asli Jogja ini semakin giat mempelajari berbagai bahasa. Untuk menambah kemampuannya berbahasa Inggris dirinya juga mengikuti pembelajaran yang diadakan oleh Institut Kristen Indonesia yang terletak di daerah Kota Baru. Pembelajaran ini memang sengaja diadakan untuk melatih kemampuan berbahasa seluruh para tukang becak yang ada di Yogyakarta. Tidak ada biaya sama sekali yang dibebankan pada para tukang becak bila ingin mengikuti pelatihan ini. Dalam seminggu akan ada 2 kali pertemuan dengan kapasitas setiap kelasnya adalah 18 orang. Kapasitas yang cenderung sedikit ini memang diatur untuk menjaga keefektivan dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Meski pelatihan tersbut berada dalam lingkup Institut Kristen, namun institut ini tidak mengharuskan tukang becak dengan agama yang sama yang bisa mengikuti pelatihan ini. Justru didalam pelatihan ini tidak ada sama sekali perbedaan, semua agama dianggap dan kemampuan berbahasa yang semakin terasah serta semangat dirinya yang memang tak pernah padam, membuatnya semakin ahli dalam hal berbahasa. Pengalamannya bertemu turis mancanegara yang tak lain adalah penumpangnya, juga memberikan keuntungan besar bagi dirinya sebagai tukang becak. Wawasan luas serta pemahaman penuh dirinya dalam mengenali segala seluk beluk kota yang berjulukan Kota Pelajar ini juga menjadikan dirinya seakan-akan menjadi “TOUR GUIDE” bagi para penjajanya. Dan karena hal itu dirinya telah memiliki sejumlah turis mancanegara yang menjadi pelanggan setianya. Pelanggannya merupakan turis-turis dari Swedia, Holand, Belanda, dan Perancis. Kepuasan jelas terlihat dari para turis yang menjadi pelanggannya karena kemampuan Rudi yang memang sudah cukup diakui dalam memberikan pelayanan terbaik. Dengan pengalamannya tersebut, akhirnya hingga saat ini Rudi dapat dikatakan sebagai seorang ahli bahasa karena kemampuannya yang dapat memahami 4 bahasa sekaligus yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa perancis, dan terakhir bahasa Belanda. “ Hallo, Puspus Balibu? Halo, apa kabar, “ Ucap Rudi sembari tersenyum memperagakan kemampuan bahasa Perancisnya untuk menarik perhatian para segi ekonomi kehidupan Rudi dapat dikatakan cukup namun kadang kala juga tidak cukup. Penghasilan perharinya dari ayuhan roda becaknya sekitar – Untuk tarif lokal dan untuk turis juga berbeda. Bila biasanya untuk tarif lokal sekitar namun untuk para turis biasanya dipatok harga sekitar per jamnya. Namun berbeda dengan penumpang yang sudah menjadi pelangganya baik warga lokal maupun turis, Rudi tidak pernah berani untuk mematok harga bagi para pelanggan setianya, justru pelangganya tersebut yang mengerti dan memberikan harga yang lebih besar dari target Rudi sebelumnya. Kecenderungan karakter para turis memang unik, mereka akan lebih senang memberi cuma-cuma bonus, daripada harus diminta sehingga hal inilah yang menjadi “surprise” bagi para tukang becak termasuk Rudi ketika melayani para turis mancanegara. Berbeda dengan para turis atau orang luar negeri yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia, mereka bahkan cenderung lebih pelit daripada warga lokal yang ada. Bahkan dirinya pernah mendapatkan setelah seharian bekerja. “ Kadang kala jika saya sedang tidak merasa mood atau sedang ada masalah, saya memilih untuk tidak narik, soalnya juga pasti gak dapat apa-apa , “ papar Rudi secara paling takjub yang pernah didapatkan Rudi adalah ketika dirinya mendapatkan pendapatan yang benar-benar sangat fantastis jumlahnya bagi seorang tukang becak. “Selama saya menjadi tukang becak, saya pernah mendapat penghasilan sebesar 17 juta dalam sehari. Itu fakta, “ Tutur lelaki ini dengan bangga pada kami yang merasa tak percaya. Penghasilan tersebut ia dapatkan dari para pelangganya. Salah satu pelanggannya adalah seorang turis dari Perancis bernama Thoms Sheggr. Pencapaian penghasilan yang rata-rata cukup tinggi itu biasanya ia dapatkan ketika masa liburan dari bulan Juni hingga bulan berbagai penghasilan selama dirinya menjadi tukang becak, Rudi dapat menyekolahkan ke-empat anaknya. Anak pertama Rudi, telah memasuki semester 8 yang merupakan tahap akhir pendidikan di bangku perkuliahan. Anak pertama Rudi merupakan mahasiswa Teknik Sipil di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta dengan jalur PMDK. Kemudian anak keduanya, telah terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Militer semester 1 yang berlokasi di Magelang. Setelah itu anak ketiga Rudi masih mengenyam bangku SMA dan anak ke-empatnya juga masih duduk di bangku TK. “Alhamdulilah dari jerih payah saya , ke-empat anak saya dapat merasakan bangku sekolah,” Tuturnya. Rudi selalu berusaha untuk memantau perkembangan pendidikan seluruh anaknya sehingga dia dapat melihat perkembangan dari ke-empat anaknya. “Saya tidak ingin mereka merasakan kesusahan seperti saya dulu, jadi meski harus sakit dan mengalami kepahitan saya akan selalu berjuang untuk anak-anak saya, “ papar lelaki berbadan tinggi ini dengan rasa harunya. Selain menjadi tukang becak dirinya juga menyibukkan dirinya dengan ternak sapi dan kambing yang ia pelihara dirumahnya. Jika memang ada tidak ada kesibukan dirinya pun tak menolak untuk bekerja menjadi sopir di rentalan kisah yang telah dilalui dalam kehidupan Rudi membuat dirinya saat menghargai arti kehidupan yang sebenarnya. Segala kesusahan dan kesedihan yang pernah dialami dijadikannya sebagai motivator bagi dirinya agar selalu senantiasa mawas diri dan tak pernah mengenal kata menyerah. Kepahitan yang pernah ia alami, tak akan pernah menurun pada ke-empat anaknya, karena dirinya akan sekuat mungkin berusaha untuk membahagiakan keluarganya dan melihat ke-empat anaknya menjadi orang-orang yang sukses dikemudian hari. Sakit, pahit, sedih itu wajar namun inti dari segala hal itu adalah hikmah. Hikmah atas segala proses itu merupakan ilmu bagi pribadi kita, karena sesungguhnya seseorang yang bijak adalah seseorang yang bisa memberikan warisan ilmu dan bukan warisan harta begitu motto hidup dari Rudi sang Tukang Becak Super . Becak –becak diharapkan akan menjadi sebuah ciri khas dari kota Yogyakarta. Becak yang sebelumnya hanya menjalankan fungsinya sebagai tukang angkut kini akan mengalami transformasi peran dengan menajdi alat trasnportasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisata. saat hanya ada di objek wisata dan untuk memenuhi kebutuhan wisata. Para tukang becak sendiri pada dasarnya adalah salah satu sumber daya yang layak dilibatkan kerja samanya dalam pemberdayaan di bidang kebudayaan dan ekonomi di kota Yogyakarta. Kerjasama ini akan merujuk pada relevansi mereka dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam berkinerja sebagai tukang becak. Representasi tersebut dapat dimulai dengan wujud fisik becak-becak dapat dipercantik dengan instrumen artistik khas Jogja seperti batik, wayang, dan sebagainya. Dalam proses implementasi pencapaian kerja sama ini, kesadaran mulai bermunculan dari beberapa pengelola pihak hotel untuk ikut terjun dalam usaha pemberdayaan ini, sehingga usaha ini tidak hanya terkait dengan tukang becak saja. Keikutsertaan dari segala pihak jelas akan berimbas positif untuk memperlancarkan segala orientasi dari kinerja tersebut. Hubungan beberapa pihak seperti pihak pengelola Bakpia Pathok, Dinas Pariwisata dan pihak pengelola hotel dengan para tukang becak merupakan salah satu sikap peduli akan pentingnya menghargai mereka karena mereka sebenarnya adalah bagian dari wisata kebudayaan Yogyakarta. Ketiga pihak pengelola tersebut berusaha menjalin kerjasama sebaik mungkin dengan harapan mendapat timbal balik yang saling menguntungkan denga para tukang becak. Selain dari pihaknya membantu tapi dilain hal dia juga akan terbantu. Di satu hal, ada satu sisi yang pantas kita sorot dari para tukang becak ini. Dengan latar belakang pendidikan mereka yang minim, namun ternyata mereka memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan orang-orang yang berpendidikan. Kemampuan mereka dalam berbahasa serta berkomunikasi dengan para penumpangnya yang kebanyakan adalah turis, nampak begitu baik . Keharusan bagi mereka untuk dapat berbahasa inggris atau bahkan dengan bahasa lain menjadi hal yang tak sulit untuk diwujudkan oleh mereka. Pengalaman mereka berhadapan dengan turis, menjadi pembelajaran hdiupbertahap bagi mereka. Para turis menjadi acuan bagi mereka untuk mempertajam kemampuan mereka dalam berbahasa. Yang awalnya hanya memahami beberapa kalimat, kini mereka dapat memahami secara keseluruhan. Cara otodidak para tukang becak inilah yang menarik untuk diulas lebih dalam. Tidak dapat dipungkiri bahwa tukang becak merupakan motor penggerak roda pariwisata Malioboro. Oleh karena itu kualitas pelayanan yang mereka berikan terhadap wisatawan menjadi sangat signifikan dan dijadikan salah satu tolak ukur penilaian wisatawan terhadap Malioboro. Hal ini akan memberikan pengaruh pada banyak pihak, baik bagi tukang becak maupun pada wisata Yogyakarta dan Indonesia. Lihat Humaniora Selengkapnya